Pages

Agustus 24, 2011

(Harus) Banyak Bersyukur

Pagi ini, di meja kantor, di depan monitor komputer:
 ...
" Aku kalo lebaran repot, Mbak Yanti. Mama ndak punya asisten Rumah Tangga, jadi  aku mesti bersihin rumah and bantuin masak buat orang banyak. Bisa dihitung se-RT tuh. Jauh-jauh hari sebelum lebaran pula. Ndak bakal sempet dandan cantik and duduk manis nemuin tamu pas lebarannya. Tempatku di dapur. Sendiri. Bapak sulung sih, jadi mesti jadi jujugan keluarga besarnya." 

" Bagus dong, Rona. Kamu dah pengalaman dan terlatih arrange acara keluarga." 

" Capek, mbak. Bosen juga. Kapan ya aku bisa bebas dari semua itu."

"Aku jadi kangen kumpul-kumpul ama keluarga besar, Ron. Kapan ya bisa gitu lagi. Dulu pas di Papua kami sering begitu. Saling berkunjung sana sini. Semua sekarang sibuk ma keluarga masing-masing."
...



Siang ini, di ruang ICU, di depan monitor yang saya tak tahu apa nama dan gunanya:
...
" Sudah koma lima hari, Mbak. Minta doanya ya."
" Iya, Bu. Kami ikut mendoakan yang terbaik untuk Ricky. Ibu yang sabar, ya." 
...


Malam ini, di atas kasur, di depan monitor, saya teringat kedua percakapan itu dan efeknya pada saya.

Selepas dzuhur tadi, saya dan beberapa teman kantor bergegas ke sebuah rumah sakit untuk menjenguk anak teman kami yang mengalami kecelakaan motor Sabtu malam lalu. Sudah lima hari berbaring di ICU dengan alat bantuan penyambung hidup. Koma, karena trauma di kepala. Perdarahan hebat di dalam. Sebelumnya, kami mendengar kabar bahwa paginya, keluarga dan dokter memutuskan melepas semua alat-alat itu karena sudah tidak ada harapan hidup. Hebohlah kami di kantor. Padahal pada kenyataannya, tidaklah seperti itu adanya.

Saya tidak mengerti apa fungsi alat-alat yang berseliweran di tubuh korban. Saya juga tidak tahu dan tidak mengkonfirmasi ke pihak keluarga benarkah gosip bahwa alat-alat itu dicabut bertahap: sedang atau akan. Tidak tega rasanya mengkonfirmasi hal seperti itu ketika mereka, yang saya yakin, pasti sedang berharap dan berusaha memperjuangkan kesembuhannya: hampir lulus kuliah, 23 tahun, sulung dan satu-satunya anak lelaki di keluarga. Saya melihat tarikan nafas di dadanya masih berirama.

Di koridor depan ICU, seorang teman berkata: "Kasihan ya, Mbak. Harusnya hari-hari begini kan biasanya keluarga mereka sudah siap-siap mudik. Sudah kebayang mau ngapain aja di kampung pas lebaran. Sekarang yang ada semua berantakan. Malah keluarga-keluarga dari luar kota ngumpul di sini semua. Dalam suasana duka, pula."

Mak jleb. Saya tertohok. Teringat percakapan dengan mbak Yanti pagi tadi. Tentang kegalauan saya yang sudah bosan bertahun-tahun menjadi pengurus dapur (aka upik abu) sebelum dan saat lebaran tiba. Belum lagi kegalauan eh kerinduan punya kampung halaman yang selalu menyerang setiap lebaran tiba. Mengingat keadaan di keluarga teman tadi, kegalauan itu serasa remeh, manja dan cengeng. Saya memang tak punya kampung, pasti bersedih karena ketidakhadiran Mimi di lebaran tahun ini,...tapi selebihnya saya lebih beruntung. Kesampingkan segala persoalan yang ada...Insya Allah, saya masih diberi kesempatan berkumpul dengan keluarga besar Bapak dalam keadaan sehat dan bahagia.

Saya malu. MALU. Seharusnya saya lebih banyak bersyukur.

Saya berdoa semoga keluarga korban, teman saya itu, diberi kesabaran yang lebih, mampu memetik hikmah dari ketentuan-Nya, ikhlas menjalani dan diberi balasan surga karenanya. Semoga mbak Yanti juga segera bisa berkumpul lagi dengan keluarga besarnya, seperti waktu di Papua dulu. Dan saya...semoga saya selalu ingat untuk tidak mengeluh; pandai memetik hikmah pelajaran hidup dan selalu pandai bersyukur...Amiin ya Rabb...

13 komentar:

Enno mengatakan...

aku juga upik abu setiap tahun. soalnya rumahku tiap tahun jd tempat ngumpul keluarga besar ibuku. ada sekitar 50 org yang bakal nginep. sesek, sumpek, capeknya maknyus.

iya sih, emang hrs bersyukur. masih bisa lebaran, masih bisa masak makanan enak, masih bisa ketemu sodara...

meskipun mulai lebaran taun ini ada anggota kel kita yg udah ga ada, kita hrs bersyukur diberi kesempatan melanjutkan hidup.

alhamdulillah.
ya kan, madam?

cheers atuh! :)

Gloria Putri mengatakan...

toss sesama upik abu...wkwkwk

caiyo kak

May mengatakan...

yang mudik musti bersyukurr.. yg dijadikan jujugan mudik juga musti bersyukurrr, dua duanya ada enak nggak enaknya... tapi menjalani salah satu dari keduanya tanpa ada kendala yg berarti itu yg harus lebih disyukuri :*

Rona Nauli mengatakan...

@Enno: iya, No...begitulah harusnya. ditambah lagi, semua berkumpul dalam keadaan sehat....btw,lebih parah dirumahmu ya...50 orang euy :D

@Glo: wooo upik abu juga? kapan tuh tepatnya? :D *toss balik*

Rona Nauli mengatakan...

@May: heeh, neng. sebenernya tante Ona lebih tepatnya bosan jadi upik abu terus. pengen ganti peran jadi upik abu di rumah mertua. lho? :))

Nur mengatakan...

Salams,

Syukran for visiting my blog!

:)

Semoga anak itu sihat segera.

lely_gesta mengatakan...

jadi teringat nasehat tante dan emak kemaren, betapa seringnya kita kufur nikmat yang diberikan olehNya ya, dan sering tidak merasa bahwa dibalik kesusahan ada banyak nikmat untuk kita... fabiaayi'ala irobbikuma tukadziban... mari banyak bersyukur!

SoleildeLamer mengatakan...

kejadian ga enak kaya gitu, hikmahnya emang bikin kita banyak bersyukur ya mbak. tetangga saya, ibunya kena sakit kanker parah banget. saya jadi bersyukur mami saya masih baik-baik saja dan masih bisa ngomel2 panjang lebar kali tinggi :)

met jadi upik abu mbak... semoga kemudian berubah jadi angsa yang cantik :DD

Variani's mengatakan...

Innalillahi wainnailaihirojiun.. (harus) jauuuuh lebih bersyukur sekarang, karena masih bisa lebaran lengkap.. Ga kaya pak edi, minus satu anggota.. Semoga putra tersayangnya itu diberikan tempat terbaik disisi Allah, aamiin...

Rona Nauli mengatakan...

@Nur: Wa'alaykumsalam, Nur. Terima kasih dah berkunjung balik ^^. anak temanku itu semalam sudah berpulang kembali pada-Nya :)

@Lely: bukan nasehat, nak. itu sharing :). selalu merinding kalo inget or denger ayat itu.

@Annesya: iya, Nes...harus banyak bersyukur. seharusnya bukan hanya pas liat orang lain tertimpa musibah ya. sehat, senang, sedih, sakit...:)

@Vani: kententuan-Nya pasti yg terbaik utk kita, Van. asal diingat saja, cobaan-Nya tak melulu kesusahan, tapi kesenangan juga :)

Maya Rahardjo mengatakan...

ingat 5 perkara seblom 5 perkara... kaya belum miskin, sehat sebelum sakit, lapang sebelum sempit, hidup sebelum mati, muda sebelum tua..:) sama2 Ron, masih belajar utk sabar,ikhlas & tawakal..:) semangat..caiyo...

btw. tahun ini aku sudah tdk jd upik abu loh...;;) ekkekekekke

Hans Febrian mengatakan...

saya juga bingung gimana caranya bersyukur yang nggak setengah-setengah :c

Rona Nauli mengatakan...

@Maya R: eh, sini sini...bantuin aku di cibinong ajah. jadi upik abu kedua di sini...ya ya ya ;;)

@Hans: iya ya, gimana caranya? ada hubungannya gak ya dengan mencoba selalu 'sadar' bahwa apapun yg terjadi di hidup kita itu pasti ada hikmahnya? susah atau senang? *jadi bingung juga :))*

Half Purple and Blue Butterfly