Pages

Juni 24, 2011

Iseng

Saya mau upload foto hasil iseng saya kemaren ahhhh. Saat saya kumat, kata temen-temen seruangan. Sekarang sih masih iseng. Eh,tinggal sisa-sisa ding. Lah buktinya iseng upload-upload segala *hahaha*.

Jadi, kemaren siang teman dari tim 5S (tim benah-benah ruangan kata saya hehe) membagikan desk plate baru ke masing-masing pegawai. Desk plates itu harus diisi foto, nama pemilik meja, layout meja dan keterangan apakah yang bersangkutan ada, sakit, cuti, dan lain-lain.

Desk plate saya yang lama seperti ini:

Pada desk plate yang baru nantinya, diharapkan masing-masing memajang foto diri yang wajar macam di name tag seperti berikut:

Tapi karena kemarin saya iseng dan baut di kepala pada longgar semua seperti kata teman-teman seruangan, maka saya cuek-cuek saja bikin desk plate saya menjadi seperti ini:
Ya, saya pasang foto yang sama seperti di profile picture facebook dan blog saya saat ini. Dibawah nama tidak saya cantumkan posisi jabatan tapi kata : pejalan sunyi *hahahaha*. Ndak ada kesan berwibawa dan ndak ada kesan jaim-jaimnya. Emangnya penting gitu? Ndak kan...yang penting saya puas *hahahaha*.

Saya ingin tahu sampai kapan keiisengan saya ini bertahan. Setidaknya sampai teman dari tim 5S menyuruh menggantinya *hehehe*. Kalau rekanan sih biarin aja, toh mereka sudah paham dengan segala kegilaan saya *hahahaha*. Eh, tapi saya ndak sendiri ding. ABK saya, yang juga partner in crime saya di kantor ... melakukan hal yang sama *hahaha*. Cekidot :

Juni 23, 2011

Rindu Kembali Sunyi

Itu status yang saya pasang di YM sampai jam kantor berakhir hari ini. Saya rindu kesunyian. Pengakuan yang rasanya kebalikan dari tingkah polah saya seharian ini. Sedari pagi memutar lagu What the Hell-nya Avril Lavigne berulang-ulang, terkadang menyanyikannya keras-keras di bagian reffrainnya, mengomentari dan ngomelin segala-segala, ngisengin temen-temen, joget-joget, sampai puncaknya sore tadi mempuisikan segala omongan saya. Teman seruangan bilang saya kumat dan bertanya-tanya apa gerangan yang sedang terjadi pada saya.

Sebenarnya itu status kedua saya di YM. Paginya saya memasang status: numb. Mati rasa. Saya merasa hati dan pikiran saya hari ini seperti wadah yang terlalu penuh isinya sehingga tak bisa merasai yang lain. 

Saya bilang ke Danan lewat chatting-an bahwa saya tiba-tiba rindu suasana ramadhan. Saya rindu berangkat tarawih memakai mukena dari rumah. Saya rindu berlari-lari menghindari genangan dan percikan air hujan di kaki saya ketika berangkat atau pulang tarawih. Saya rindu suara muadzin, imam atau orang mengaji dari musholla dan masjid. Saya rindu berebutan nasi berkat hantaran dari tetangga. Saya rindu duduk diam di pelataran masjid, menatap senja, menunggu maghrib dan waktu berbuka puasa tiba. Saya rindu saya yang tidak memikirkan apa-apa kecuali damai dan kegembiraan ramadhan. Saya rindu sunyi yang saya rasa ketika saya berdua saja dengan-Nya.

Semalam, lewat gagang telepon, berjam-jam saya menyediakan telinga dan hati saya mendengarkan curhatan sahabat lama. Saya lebih banyak diam mendengarkan tangisannya, kisahnya, doanya, deritanya. Saya kehilangan kata-kata. Saya shock. Saya tidak pernah menyangka akan mendapati kisah-kisah sedih sinetron itu terjadi pada sahabat saya. Saya yang marah dan sedih tapi tidak tahu harus berbuat apa selain mendengarkan dan mendoakan kebaikan untuknya. Saya yang tidak berdaya.

Saya stress mungkin ya? Karena itu seharian saya berisik dan banyak tingkah. Saya tidak bisa membagi semua curhatan sahabat-sahabat saya itu kepada siapapun. Saya menyerap dan menyimpannya sendiri. Sendiri. Saya tidak keberatan, sungguh. Walaupun seringkali ketika badan kurang fit dan pikiran overload dengan masalah-masalah lain, saya rindu saat semua baik-baik saja. Saya rindu sendirian saja, merasai damai dan sunyi bersama-Nya. Saya cuma manusia biasa.

Juni 19, 2011

Subuh Itu

Subuh itu, seharusnya tak usah kuintip saja doamu. Karenanya kubawa cermin melewati hari-hari. Kudekap erat-erat di dalam hati. Semata-mata agar aku yakin, tak mungkin sayap tumbuh dipunggungku.

Subuh itu, kau meminta bidadari surga kan? Seharusnya memang tak usah kuintip saja doamu.

Juni 15, 2011

Akses (Setengah) Dewa

No facebook, no youtube, no 4shared.....Oke.
No facebook, no youtube, no 4shared, no blogging......OH NO!!!

Aku bisa nahan tidak facebook-an, buka youtube or download di 4shared selama jam kerja. Alasannya bisa diterima: jalan raya padat, aplikasi formal kantor tersendat-sendat. Toh masih bisa update status lewat hape atau minta lagu baru ke Mamad lewat android-nya. Tapi sarapan pagi tanpa blogging? Oh No No No No No...*geleng-geleng india*. Satu-dua-tiga hari, tahan. Satu minggu lebih? Mana tahannnn.

Dengan alasan demi kesehatan jiwa, segera telpon ke kantor pusat dan nekad minta koneksi internet untuk blogging. Tentu saja sambil protes setengah ngomel karena unit di wilayah timur dibebaskan dari penderitaan itu. Diberi akses? Iya, karena itu siksaan sarapan pagi tanpa blogging hanya sebentar saja. Hidup akses dewa! Horeeeeee.

Akses Dewa? Iya, itu serangkaian nomor ip address sakti yang menjadi proxy khusus agar acara sarapan pagi sembari bloggingku berjalan lancar. Janji, hanya untuk blogging saja....^^.

Mungkin sebutan Akses Dewa itu harus segera diganti menjadi Akses Setengah Dewa karena ternyata di unit kami, pemiliknya sekarang ada tiga: aku, mas Mantan Sinfo dan mas Sinfo. Untuk teman-teman lain di kantor yang tahu akses khusus itu atau yang baca posting ini, maaf ya.....aku lebih suka curang dikit tapi ngaku daripada sembunyi-sembunyi blogging lewat tool lainnya. Aku kan gaptek....*gaptek kok bangga :p*

Juni 13, 2011

Jika Ada yang Bertanya Arti Rindu Padaku

Jika ada yang bertanya apa arti rindu padaku, mari kita baca surat ini. Ditulis pada tanggal 04 Mei 1995 oleh gadis kecil 14 tahun, satu tahun setelah kematian ayahanda tercinta:

Papa-koe. Hitam orangnya, rata-rata laki-laki Indonesia tingginya dan agak gendut perutnya. Wajah khas Sumatera Utara dengan kelembutan priyayi khas orang Jawa. Fasih beberapa bahasa dan aku mengidolakannya. Nomer satu di dunia. Tiada gantinya.

Papa-koe, aku sayang padanya tanpa mengerti mengapa? Mungkin karena dia Papa-ku. Kan tidak perlu alasan jelas untuk sayang pada seseorang, iya kan?

Papa…papa…papa…..dalam memoriku di adalah laki-laki sempurna.Memang tidak ganteng kaya Tom Cruise, tidak keren kaya James Bond atau jago silat kaya Jet Li. Tapi Papa-koe baik sekali. Suka membantu tetangga. Memberi les bahasa Inggris gratis pada anak-anak sekitar rumah dan memperbolehkanku makan es krim yang enak tanpa setahu Mama. Aku sayang Papa-koe.

Papa-koe juga pintar sekali. Buktinya kakak-koe pintar, adik-koe pintar dan aku juga sedikit pintar ...hehehehehehehehe. Aku bangga jadi anak Papa-koe. Aku ingin bersama Papa-koe selamanya.

Tapi…………………………………………………………………..

Tuhan lebih sayang pada Papa-ku daripada aku sayang padanya. Tuhan berkata bahwa dia akan membawa Papa pergi jauh dari kami. Bukan untuk memisahkan kami sekeluarga. Tapi memberikan ujian pada kami sejauh mana kami sayang padanya. Sejauhmana kami akan rindu jika tidak bertemu dengannya.

Jadi Tuhan mengajaknya pergi ketempat yang lebih indah dari tempat manapun di dunia. Sebenarnya aku ingin ikut karena aku selalu ingin pergi bersama Papa-koe tapi aku juga ingin seperti dia. Mimpiku kan belum terkejar jadi aku mau sekolah dulu biar bisa seperti Papa. Bisa 3 bahasa, bisa main tenis, bisa berenang, bisa pergi ke luar negeri dan membantu tetangga belajar bahasa.

Dia pergi ketika aku beranjak dewasa. Jauh sekali ke langit sana, tempat para dewa-dewa mengadakan pesta. Kadang aku bisa melihatnya, ketika pelangi muncul dari balik hujan rintik-rintik di pagi hari tatkala aku sedang berdoa pada Tuhan. Aku ingin sekali mengatakan berbagi macam hal yang dia lewatkan ketika aku beranjak dewasa tapi mulutku kelu dan aku menangis tersedu……mungkin aku terlalu rindu.

Papa-koe, apa kabarnya? Apa dia melihatku dari negeri dewa-dewa? Apa dia tahu aku punya idola? Apa dia tahu aku rindu padanya? Aku hanya bisa bertanya, dan biasanya terlelap dalam mimpi yang indah sesudahnya.

Tuhan Yang Maha Kuasa, pemilik alam semesta, jadikan Papa-koe bahagia. Mohonkan maaf segala kekhilafannya. Terima segala kebaikannya karena dia memang baik. Jaga dia ya, Tuhan? Jaga kami juga karena kami sedih ditinggalkannya. Tapi aku tahu aku rela karena Papa akan bahagia bersama-Mu.

Tuhan, maafkan aku juga ya? Aku pernah marah, pernah tidak percaya pada-Mu karena aku tak mengerti jalan pikir-Mu. Aku kan masih anak kecil, jadi jangan tambah dosaku ya? Jadikan aku anak yang baik. Jagalah Mama-koe, Kakak-koe, Adik-koe dan seluruh keluarga-koe.

Tuhan, Aku sayang pada-Mu. Terima kasih memberikan pelajaran tentang kerinduan.

Papa….aku juga sayang padamu. Terima kasih telah menjadi Papa-Koe….Semoga suatu hari nanti kita bisa berkumpul lagi. Semoga. Aku akan terus berdoa…….

 Jika ada yang bertanya arti rindu padaku...ya, merekalah jawabannya: penulis surat itu dan siapa yang ditulisnya. Adikku dan Papaku yang terlebih dulu menghadap-Nya. Tanda cinta-Nya untuk kami. Seperti kata Mimi; bukan untuk memisahkan kami sekeluarga...semata-mata agar kami tak lelah dan tak berhenti berharap kepada-Nya agar kelak dipertemukan dan berkumpul dalam surga abadi-Nya. Amiin...

Juni 12, 2011

I Believe

Ada satu lagu yang selalu kudengarkan setiap kali merasa melow, sedih atau dunia mendadak kelabu dan menyempit: Somewhere Over the Rainbow. Suka versi yang dinyanyikan Connie Talbot daripada yang dinyanyikan Judie Garland. Lebih suka lagi kalau Dira Sugandhi menyanyikannya langsung didepanku. Hahaha....sungguh khayalan tingkat tinggi.

Entah magnet apa yang ada di lagu ini. Setiap kali mendengarnya, serasa diri ini terlempar ke dunia lain. Serasa berada duduk di atas chimneys top sebuah rumah pedesaan, memandang pemandangan nan kecil dan jauh di depan, angin semilir, burung-burung berkicau, daun berguguran...hanya ada aku, sunyi dan suara alam. Teduh, menenangkan, feeling blessed.

Tapi sesiangan ini, bukan lagu itu yang kudengar berulang-ulang. Ada satu lagu lama milik Frankie Laine yang pertama dipopulerkan tahun 50-an berjudul I believe. Berkali-kali dinyanyikan ulang oleh penyanyi ternama seperti Elvis Presley, Tom Jones, Engelbert Humperdick. Aku lebih suka yang dinyanyikan Connie Talbot (lagi). Mungkin karena suara beningnya yang polos dan indah itu, selain lagunya sendiri juga syarat makna.

Seandainya saja suaraku seindah Connie, seandainya saja mungkin, siang ini aku ingin menyanyikannya untuk:  Danan, dengan segudang harapan apapun kesedihan yang singgah segera berlalu....

I believe for every drop of rain that falls
a flower grows
I believe that somewhere in the darkest night
a candle glows
I believe for everyone who goes astray
someone will come
to show the way

I believe, I believe

I believe above the storm the smallest prayer
will still be heard
I believe that someone in the great somewhere
hears every word
Everytime i hear a new born baby cry,
or touch a leaf or see the sky
then i know why, i believe

(mereka bilang ini lagu gospel, buatku apalah artinya...hanya merasai saja maknanya)

Juni 09, 2011

Itu Sama Dengan Menyuruh Avril Lavigne ke Laut Saja!

Menulis itu mudah. Itu kata beberapa orang yang setahuku hobby dan passion-nya memang menulis. Mereka yang sebagian besar dikarunia bakat dan minat lebih di bidang ini. Untukku, menulis itu sulit. Bukan sangat sulit sih; tapi membutuhkan waktu, kemauan dan energi lebih.

Proses mencari ide, menuliskannya, mereview ulang dan lain-lain sampai dengan sebuah tulisan dianggap 'jadi', tentunya membutuhkan waktu. Menjadi sulit untuk ketika waktu yang paling pas untuk proses itu seringkali mengorbankan waktu istirahat setelah seharian bekerja berkutat dengan angka. Akhirnya, seringkali proses menulis sebuah ide adalah pilihan setelah menimbang antara kebutuhan istirahat dan seberapa kuat kemauan untuk menuliskannya saat itu juga. Jika kelelahan fisik dan pikiran mengalahkan kemauan, mangkraklah ide itu untuk sementara. Atau malah hilang jika ternyata tak ada lain 'waktu'. Jika ternyata kemauan yang menang, maka harus mempersiapkan energi lebih setidaknya untuk tetap fokus sampai ide itu menjadi sebuah tulisan dan besoknya tetap semangat bekerja.

Karena itulah sebuah tulisan yang kuanggap 'jadi' adalah berharga. Di sana ada stempel diri, pengorbanan yang dibayar dan kepuasan beraktualisasi. Terserah orang lain menganggapnya bagus atau tidak. Jadi ketika dunia per-blog-an yang kuiikuti sekarang ini diriuhkan dengan kasus copycat, copypaste dan plagiarisme; aku turut nelangsa. Heran dan gemas karena hari gini masih ada orang yang tidak menghargai proses dan usaha orang lain; juga tidak malu mengaku-aku stempel diri orang lain sebagai miliknya? Padahal setiap orang kan unik, punya ciri sendiri-sendiri. Seperti sidik jari saja. Tak ada yang akan menjadi sama persis. Usaha menjadikannya sama persis hanya akan merugikan diri sendiri: menyalahi hukum alam! Teramat mahal dan tidak worth it.

Seperti fashion juga, kan? Setiap orang punya cara dan selera berfashionnya masing-masing. Dua orang dengan pakaian yang sama, tidak ada yang akan benar-benar menjadi sama. Selalu ada kecenderungan untuk tampil menarik dan berbeda dengan orang lain; misalnya dengan membubuhkan aksesoris tertentu yang menjadikannya tidak sama persis. Karena itulah, untuk beberapa orang, memiliki identitas dalam ber-fashion menjadi serius dan mahal.

Jadi, suatu ketika Avril Lavigne marah besar kepada para fans yang "mengikuti" gaya berpakaiannya, kukira itu sangat wajar. Selain karena kita unik dan berkecenderungan ingin menjadi berbeda, siapa yang bisa memahami berapa besar dan berat usaha membangun identitasnya sehingga menjadi setenar itu. Apalagi jika kemudian para fans Avril "mencontek" habis sampai sama persis dan berubah "menjadi" seperti dirinya....yah, kalau menurutku sih itu sama saja dengan mencuri baju Avril Lavigne di depan matanya, memaksanya telanjang, menyuruhnya ke laut dan menganggapnya tak ada. Itu kriminal!

Itu tidak keren, tidak gaul, memuakkan dan menyedihkan. Sungguh.

Juni 06, 2011

Kurang Genit

"Mbak pasti belum menikah ya? Kalau perempuan udah kerja, punya duit gede sendiri, suka gitu deh. Pasti pilih-pilih." ... "Mbaknya pasti kurang genit. Yang genit gitu lho, Mbak. Pake bedak, lipstik, matanya diwarna-warnain, jilbabnya pake yang ada pita-pitanya ditumpuk-tumpuk, alisnya dirapihin, wajahnya dikinclongin ke dokter kaya Bu X. Trus sering jalan-jalan ke depan."


Aku ingin tahu apa ya reaksi kalian para gadis seandainya diberi saran seperti tadi dalam kondisi tiduran telungkup sambil dipijit urat-urat yang melintir di betis dan sibuk mengaduh kesakitan? Pelakunya adalah ibu tukang urut: setengah tua, bersemangat, kuat, sehat-segar-bugar, sedikit cerewet; yang baru pertama kali kalian temui? Mmm, kira-kira baru lima belas menit berkenalan dan perbincangan yang terjadi adalah seputar asal-usul, tempat kerja, status, dan ada-tidaknya pacar? Ingat, si ibu tukang urut ini adalah langganan ibu-ibu kompleks perumahan, sangat direkomendasikan, sibuk dan mobile sehingga untuk mendapatkan jasanya dibutuhkan keberuntungan tingkat tinggi. Dan, kalian tentu saja pada saat itu sedang sangat beruntung serta membutuhkan jasanya. Jadi, bagaimana?

Sekarang sih terpikirkan seandainya terjadi pada orang lain mungkin reaksinya adalah tersinggung dan marah. Tapi reaksiku saat itu adalah: shock, bengong dan tertawa mengiyakan. Pasrah: antara tidak percaya dengan pendengaran, kesakitan dan butuh. Lalu sekarang, menjadikannya lelucon di awal minggu ini sembari berpikir: first impression-ku menyedihkan ya? *hahahaha*






Half Purple and Blue Butterfly