Pages

Oktober 04, 2005

SENYUMKU UNTUKMU, SENYUMMU UNTUKKU

Kemarin, tidak sengaja nonton iklan sinetron di TV. Judulnya: Keluarga Senyum. Jangan tanya bagus atau tidak karena aku belum pernah menonton sinetron ini. Tapi karenanya aku jadi merenungkan sesuatu. Senyum.

Senyum, sedekah paling murah yang bisa kita beri. Paling murah karena tentu saja tidak butuh modal material yang mengikuti. Cukup tarik ujung bibir ke atas maka terbentuklah sebuah senyuman. Tapi…itu saja tak cukup. Senyum yang nilainya sedekah aku rasa tentu saja harus berasal dari hati. Kalau aku jadi malaikat, males kan mencatat nilai amal untuk sebuah senyum yang dibibir dan dihatinya nggak sama. Hmm…

Sebenernya mudah menebar senyum (selain salam, tentunya) kalau kita mau. Murah, meriah, menenangkan. Apalagi kalau yang kita beri senyuman membalas dengan senyum pula. Alamak…damainya…Tapi jangan keterusan ke mana-mana. Takut nggak bisa jaga hati (terutama buat yang berlainan jenis) hehehe.

Buat aku, senyum itu kalau keluarnya dari hati efeknya menyembuhkan. Sungguh. Kalau lagi bete, sedih, galau, kesepian…tebar aja senyum ke teman-teman yang kita jumpai walau susah sungguh. Percaya atau tidak, atmosfirnya bisa berbeda. Kalau bahasa psikologinya (mungkin) senyum itu tanda kita “terbuka” dan welcome ama orang lain. Trus kebanyakan orang kan akhirnya membalas senyum kita (walau kadang juga tidak), yang ujung-ujungnya terjadilah komunikasi. Dengan berkomunikasi, setidaknya sebagian beban itu bisa dihilangkan. Terserah sih kalau kemudian komunikasi itu berbuah curhat. But, tetap hati-hati hehehe.

Senyum yang paling susah itu kalau kita memberikannya ke orang yang sukses membuat kita jengkel, bete, marah, pokoknya yang mengaduk-aduk emosi. Jangankan senyum. Bawaannya pasti pengen berantem saja kan…Tapi, berdasarkan pengalaman (ehm) ternyata ada efek positifnya lho. Bisa meredam emosi sehingga bisa berpikir dan memandang permasalahan lebih jernih. Coba saja. Ketika mau memulai tersenyum kepada yang bersangkutan, susah kan…karena emosi sedang bergolak. Karena itu kita mesti meng-cooling down emosi kita dulu sebelum bisa memberi senyuman. Tapi itu memang tergantung kemauan kita sih hehehe. Setidaknya kalau tidak sukses tersenyum, rendahkan saja nada suara. Mungkin bisa berhasil :p.

Nah, Insya Allah besok mulai puasa Ramadhan. Kita mesti berlomba-lomba meningkatkan amalan ibadah di bulan suci ini. Memang sih, puasa itu yang menentukan dan menghitung amalannya Allah SWT langsung. Mau diterima atau tidak, itu rahasia-Nya. Jadi mengapa nggak kita memperbanyak bersedekah dengan senyuman? Senyuman dari hati tentu saja. Kalau belum mampu memberi senyum, setidaknya buatlah orang tersenyum kepada kita. Siapa tahu dengan senyum kita or senyum orang lain ke kita, Allah akan tersenyum untuk kita. Setuju?


Ramadhan sebentar lagi…
Tralala..trilili…lili…

(tolong ya dinyanyiinnya sama persis ama lagu anak-anak yang menjelang lebaran itu :D :p)

2 komentar:

May mengatakan...

Jadi inget lagunya Ike Nurjanah Neng..senyumlah untuk semua orang..tapi hatimu jangan.. heheh tau gak langunya ? pasti tau lah..dangdut gt loh hehehe

Anonim mengatakan...

:)

tralala.. trilili..
senangnya rasa hati
menyambut mbak rona-nauli

stt. besok aku rencana ke markas besar PJB :D

Half Purple and Blue Butterfly