Pages

Maret 23, 2005

WHAT’S MAKE U ALIVE?

Sebuah pertanyaan yang seringkali singgah setiap kali otakku mendadak ‘kosong’. Entah karena kelelahan fisik atau karena kebanyakan pikiran. Muncul begitu saja seperti hantu bertulisan tebal berhuruf capital melayang di ruang maya bermemori yang notabene berstatus ‘benakku’.

Saat ini: dengan kedua hidung buntu tersumbat karena flu, kepala pusing, tidak bisa tidur, dan room mate yang keasyikan nonton film TV, aku tidak heran jika pertanyaan itu datang lagi seperti hantu. “Buuuu…..”

Well,…aku muslim dan tahu pasti jawaban dari stupid question-ku ini. Kehendak-Nyalah yang membuat kita hidup. Tapi menarik sekali mengetahui respon orang lain atas pertanyaan ini. Mengapa? Karena kemudian kusadari pertanyaan ini secara instingtif akan kuajukan kepada mereka yang ingin kukenal lebih jauh. Iseng banget ya…

Jawaban yang kudapat bermacam-macam. Pada mereka yang nafas religinya begitu kental seringkali respon pertama yang kudapat adalah pandangan menyelidik. Mungkin mereka berpikir aku sedang mengigau, menguji atau malah kasihan. Yang menganggapku mengigau biasanya akan menjawab “kau nggak apa-apa tah?”. Mereka yang menganggapku menguji biasanya akan memberiku ceramah panjang lebar lengkap dengan kata-kata dan kalimat-kalimat berdalil yang kadang-kadang sayup-sayup dapat kumengerti. Bukan karena otakku kental tapi karena susunan kalimat mereka terasa aneh bin ajaib. Mungkin mereka memang pintar, supaya terlihat pintar, atau memang akunya yang lemot. Entahlah. Lalu mereka yang memandangku kasihan biasanya akan memperlakukanku dengan penuh perasaan, penuh kasih. Menjelaskan ini-itu dan berhati-hati agar aku yang tersesat ini tidak tenggelam semakin jauh dalam kegelapan…..huahahahaha.

Jawaban yang menarik kusimak dengan perhatian penuh justru kudapat ketika mereka ‘mengesampingkan’ jawaban religius. Mengapa menarik? Karena tanpa mereka sadari, diam-diam atau terang-terangan, jawaban akan selalu dimulai dengan tarikan napas penuh perasaan. Bukan karena pertanyaan itu butuh jawaban yang berat. Bukan. Justru karena pertanyaan ini membuat mereka berpikir dan menjenguk perasaan di balik sekat hati.

Kutemukan cinta dan kasih sayang. Bukan dari jawaban dan alasan yang diajukan. Karena bahasa tubuh yang berbicara takkan mampu menipu mata. Menarik menyimak mereka mengajukan berbagai subyek dan alasannya (positif atau negatif) yang buatku semua hanya berarti satu kata: aku cinta.

Menyenangkan mengetahui begitu banyak cinta yang berenergi. Menyenangkan mengajak orang menjenguk hati. Mengetahui bahwa cinta (dulu atau sekarang) begitu berarti. Tapi seringkali justru kemudian aku yang tercenung diam. Menjadi sedikit perih setiap kali menyimak jawaban dan alasan. Mengapa? Karena kemudian kusadari kepada mereka yang kuajukan pertanyaan ini, sesungguhnya aku mencari porsi cinta untuk diriku. Mencari kemungkinan eksistensiku menjadi sedikit energi untuk orang lain. Mengetahui apakah aku cukup berarti. Aku tak tahu ini penyakit atau apalah. Yang jelas pertanyaan ini mungkin akan terus kuajukan sampai kutemukan bagianku pada jawabannya. Poor me….but, what’s makes you alive?

(direnungkan dan diketik di jakarta, 17 Maret 2005, pasca diklat CFA yang sungguh melelahkan jasmani dan rohani ihiks)

2 komentar:

dian mengatakan...

kapan kamu bikin buku?

May mengatakan...

let the world stop turns..let the star stop burns...but don't let anything stops u, except your deeply heart (when it says,stop it!we don't rule the game anymore!)hehehe

Half Purple and Blue Butterfly